Menjelajahi Kekayaan Sejarah Masjid Raya Baiturrahman di Aceh, Indonesia

Kekayaan sejarah Masjid Raya Baiturrahman di Aceh, Indonesia. Temukan bagaimana masjid megah ini menjadi simbol agama, budaya, dan ketahanan masyarakat Aceh. Dari selamat dari tsunami dahsyat pada tahun 2004 hingga perannya sebagai pusat kegiatan keagamaan dan benteng melawan penjajah kolonial, Masjid Raya Baiturrahman telah menjadi saksi peristiwa penting sepanjang sejarah. Pelajari tentang arsitektur uniknya, termasuk pengaruh Mughal dan pintu kayu yang rumit. Jangan lewatkan kesempatan ini untuk mendalami kisah menarik Masjid Raya Baiturrahman.

Masjid Raya Baiturrahman adalah sebuah landmark bersejarah di Aceh, Indonesia, yang melambangkan agama, budaya, dan ketahanan masyarakatnya. Masjid megah ini tidak hanya berfungsi sebagai pusat kegiatan keagamaan tetapi juga berdiri sebagai bukti kejayaan Kerajaan Aceh dan perlawanannya terhadap penjajah kolonial. Dibangun oleh Sultan Iskandar Muda, penguasa Aceh dari tahun 1607 hingga 1636, pada tahun 1612, Masjid Raya Baiturrahman telah menjadi saksi peristiwa penting sepanjang sejarah, termasuk selamat dari bencana tsunami dahsyat pada tahun 2004.

Menurut sumber sejarah, Masjid Raya Baiturrahman didirikan pada tahun 1612 pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Namun ada pula yang berpendapat bahwa masjid ini dibangun lebih awal, yaitu pada tahun 1292 oleh Sultan Alaidin Mahmudsyah. Terlepas dari tahun pasti pembangunannya, bangunan asli Masjid Raya Baiturrahman musnah dilalap api pada masa pemerintahan Sultan Nurul Alam (1675-1678). Sebagai gantinya, sebuah masjid baru didirikan di lokasi yang sama. Karena letaknya yang strategis, Belanda membakar sebagian Masjid Raya Baiturrahman pada 10 April 1873. Untuk menenangkan kemarahan masyarakat Aceh, Gubernur Jenderal Van Lansberge berjanji akan membangun kembali masjid agung tersebut.

Peletakan batu pertama pembangunan kembali masjid dilakukan pada tanggal 9 Oktober 1879 oleh Tengku Qadhi Malikul Adil. Pembangunan Masjid Raya Baiturrahman selesai pada tanggal 27 Desember 1881 dan diresmikan pada hari yang sama. Awalnya sebagian masyarakat Aceh menolak beribadah di masjid tersebut karena dibangun oleh Belanda. Namun Masjid Raya Baiturrahman kini menjadi kebanggaan Banda Aceh. Ketika Belanda menyelesaikan pembangunannya pada tahun 1881, masjid ini memiliki satu kubah dan satu menara. Kubah dan menara tambahan ditambahkan pada tahun 1935, 1958, dan 1982. Saat ini, Masjid Raya Baiturrahman memiliki tujuh kubah dan delapan menara. Setelah tsunami Aceh tahun 2004, masjid ini mengalami renovasi untuk memperbaiki kerusakan kecil yang dialaminya.

Sepanjang sejarahnya, Masjid Raya Baiturrahman telah melayani berbagai tujuan di luar kegiatan keagamaan. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, masjid ini digunakan sebagai pusat penyebaran agama Islam. Tidak hanya ulama lokal yang berkumpul di sini, tetapi juga ulama dari Melayu, Persia, Arab, dan Turki. Pada masa penjajahan, Masjid Raya Baiturrahman berfungsi sebagai tempat ibadah dan benteng pertahanan dari serangan musuh. Fungsi ini sangat penting pada masa pemerintahan Sultan Alaidin Mahmud Syah (1870-1874).

Masjid ini sering menjadi tempat pertemuan besar-besaran untuk membahas strategi mempertahankan diri dari serangan Belanda. Akibatnya, Masjid Raya Baiturrahman menjadi sasaran serangan Belanda dan akhirnya dibakar. Saat terjadi bencana tsunami tahun 2004, masjid ini menjadi tempat penampungan sementara bagi para pengungsi. Saat ini, Masjid Raya Baiturrahman memiliki beragam fungsi, antara lain untuk salat, acara keagamaan seperti perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, peringatan Tahun Baru Islam, dan sebagai tempat wisata religi di Aceh.

Desain baru Masjid Raya Baiturrahman diciptakan oleh seorang kapten tentara Belanda bernama Gerrit van Bruins. Ia berkonsultasi dengan Snouck Hurgronje dan pimpinan masjid di Bandung untuk menentukan arsitektur masjid. Ciri khas Masjid Raya Baiturrahman adalah gaya arsitektur Mughal yang ditandai dengan kubah dan menara megah yang mengingatkan kita pada Taj Mahal di India. Aspek unik lainnya dari masjid ini adalah tiga pintu kayu besar yang dihiasi ornamen rumit. Interior Masjid Raya Baiturrahman dihiasi dinding dan pilar relief, tangga marmer, lantai Cina, dan kaca patri dari Belgia.

0 comments:

Posting Komentar