Rafting Sungai Geumpang - Mane

Destinasi Arung Jeram Terbaik di Indonesia.

Arung Jeram Sungai Geumpang - Mane

Salah satu view saat rafting di sungai Geumpang - Mane.

Air Terjun Pucari

Salah satu wisata alam di Aceh Besar.

Lingkok Kuwieng

Wisata alam eksotis di pedalaman Pidie.

Mie Aceh

Kuliner Aceh warisan Endatu.

Menelusuri Kekayaan Sejarah Masjid Po Teumeureuhom di Aceh

Kekayaan sejarah Masjid Po Teumeureuhom di Aceh. Temukan mimbar kuno, warisan Sultan Iskandar Muda, dan makna budaya masjid yang luar biasa ini.

Masjid Po Teumeureuhom merupakan salah satu masjid tertua di Aceh yang menyimpan nilai sejarah yang sangat besar bagi masyarakat Tanah Rencong, khususnya pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda.

Terletak di Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie, Masjid Po Teumeuruhom Labui memiliki mimbar berukir berusia berabad-abad, yang dibuat oleh pengrajin Tiongkok sekitar tahun 1612 Masehi. Seiring berjalannya waktu, para pengurus masjid rajin mempercantik mimbar dengan menghiasinya dengan lapisan cat emas, memastikan mimbar selalu tampil segar dan menawan bagi siapa pun yang melihatnya.

Mimbar sudah berdiri di dalam masjid sejak awal dibangunnya Masjid Raya Labui oleh Po Teumeureuhom. Menurut sejarah setempat, masjid ini awalnya bernama Masjid Raya Po Teumeureuhom. Bangunan pertama terbuat dari kayu berat dengan atap jerami, sedangkan dindingnya terbuat dari campuran batu dan kapur. Po Teumeureuhom, yang memerintah sebagai Sultan Iskandar Muda dari tahun 1607 hingga 1636, bekerja bersama masyarakat untuk membangun masjid melalui upaya kolektif.

Konon, dalam pembangunannya, masyarakat rela berdiri dalam formasi estafet sepanjang kurang lebih 30 kilometer untuk mengangkut batu dari Muara Tiga menuju Labui. Po Teumeureuhom bahkan mendatangkan arsitek dari Tiongkok untuk membantu pembangunan masjid yang kini telah diakui sebagai situs warisan budaya tersebut.

Yacob, salah satu pengurus masjid pada usia 85 tahun, mengenang bahwa pada masa itu, masjid berfungsi sebagai pusat pendidikan Islam. Banyak santri dari Pidie, Aceh Barat, dan Aceh Timur yang datang ke Masjid Raya Po Teumeureuhom untuk mencari ilmu agama.

Terletak kurang lebih 4 kilometer sebelah barat Kota Sigli, Masjid Po Teumeuruhom  Labui dulunya merupakan masjid kerajaan Kerajaan Pedir atau Masjid Kabupaten.

Selain masjid, Po Teumeureuhom juga membangun benteng pertahanan yang disebut Diwai yang mengelilingi masjid. Namun, Diwai telah dibongkar untuk dijadikan jalan bagi pembangunan gedung masjid baru.


Masjid Raya Labui masih memiliki tongkat kuningan sepanjang 1,2 meter dan berat lima kilogram, menyerupai batang tebu yang beruas-ruas. Tongkat ini ditinggalkan oleh Raja Iskandar Muda dari Aceh ketika ia mengunjungi masjid untuk mengumpulkan kekuatan untuk berperang.

Dalam kunjungannya, Iskandar Muda melakukan perjalanan darat dengan menunggangi gajah putih sambil membawa tongkat yang dikenal dengan tongkat Po Teumeureuhom.

Bagi masyarakat setempat, Masjid Po Teumeureuhom tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah dan pendidikan agama tetapi juga sebagai tempat upacara pernikahan bagi pengantin baru.

Arti penting sejarah Masjid Po Teumeureuhom tidak dapat dilebih-lebihkan. Ini merupakan bukti kekayaan warisan budaya Aceh dan semangat abadi masyarakatnya. Keindahan arsitektur masjid, ditambah dengan artefak bersejarahnya, memberikan gambaran sekilas ke masa lalu dan berfungsi sebagai pengingat akan sejarah kejayaan wilayah tersebut.

Seni Bela Diri Tradisional Geudeu-Geudeu: Ujian Kekuatan dan Daya Tahan

Seni bela diri tradisional Geudeu-Geudeu, merupakan ujian kekuatan dan ketahanan. Temukan asal usul olahraga intens ini dan ketahanan mental dan fisik yang diperlukan untuk berpartisipasi. Saksikan tingginya sportivitas yang ditunjukkan oleh para petarung dan kebanggaan yang mereka rasakan terhadap keterampilan mereka. Simak terus untuk mengetahui keunikan aturan dan strategi pertandingan Geudeu-Geudeu. Jangan lewatkan perjalanan menawan menuju dunia seni bela diri tradisional.

Geudeu-geudeu dikenal juga dengan sebutan deudeu merupakan seni bela diri tradisional yang dilakukan oleh masyarakat Pidie/Pidie Jaya. Bentuk seni bela diri ini mirip dengan gulat dan kebanyakan dimainkan oleh laki-laki. Setiap tim terdiri dari tiga individu. Pertandingan Geudeu-geudeu biasanya diadakan antar desa, biasanya setelah panen padi.

Asal usul geudeu-geudeu dapat ditelusuri kembali ke pelatihan mental dan spiritual prajurit kerajaan. Karena sifatnya yang berbahaya, olahraga intens ini tidak fokus pada perebutan gelar, karena bisa berakibat fatal. Dahulu pertandingan geudeu-geudeu sering diadakan di Pidie dan Pidie Jaya pada masa pasca panen atau pada malam bulan purnama. Meskipun tidak ada imbalan yang nyata, para pemuda dengan fisik yang kuat dengan penuh semangat berpartisipasi, hanya membawa luka memar. Pahala sesungguhnya adalah rasa bangga yang memuaskan para pejuang yang menang. Pertarungan fisik ini berfungsi sebagai sarana untuk mengendurkan dan mengendurkan otot-otot yang tegang. Hal ini pun mengundang kekaguman para gadis desa.

Sebagai seni bela diri, geudeu-geudeu menuntut praktisinya memiliki ketahanan fisik dan mental. Mereka harus menahan serangan dan lemparan dari lawannya. Kesabaran dan ketekunan juga menjadi sifat penting bagi para pesilat geudeu-geudeu. Melalui seni emosi disalurkan. Jika emosi seorang petarung tidak stabil, hal ini dapat menimbulkan konsekuensi yang mengerikan.

Kesabaran para pemain diuji dengan rentetan kata-kata kasar dari penonton. Alhasil sepanjang sejarah pertandingan geudeu-geudeu tidak pernah terjadi pertarungan di luar arena. Hal ini menunjukkan tingginya sportivitas yang ditunjukkan para pemainnya. Meski mungkin akan babak belur dan lebam di dalam arena, namun di luar hal tersebut dianggap wajar. Banyak dari para petarung ini yang terus duduk bersama dan menikmati secangkir kopi usai pertandingan.

Pada akhir tahun 1980-an, pertandingan geudeu-geudeu masih sering digelar di Beuracan, Kabupaten Pidie Jaya. Pertandingan ini biasanya dibagi menjadi dua kategori, tantangan pribadi dan tantangan perwakilan desa. Siapa pun boleh berpartisipasi, asalkan berani mengendalikan pukulan, lemparan, dan tentunya emosi.

Dalam pertandingan geudeu-geudeu, para pesilat awalnya dibagi menjadi dua kelompok besar. Petarung pertama memasuki arena untuk menantang dua petarung lainnya sambil melenturkan otot dan menjentikkan jari. Arena biasanya terbuat dari jerami dan dijadikan alas.

Petarung pertama yang menantang dua lawan lainnya disebut “ureung tueng” (penantang). Kedua petarung yang ditantang disebut “ureug pok” (yang menerima tantangan). Saat diserang, petarung pertama akan menyerang dan melempar kedua lawan yang menyerangnya. Ureung tueng diperbolehkan menggunakan tinjunya untuk menyerang dimana saja kecuali di bawah ikat pinggang. Sedangkan Ureung pok hanya bisa melempar dan membanting sambil berpegangan tangan. Jika gagang ureung pok terlepas atau salah satunya terjatuh akibat benturan ureung tueng maka dianggap kalah.

Begitu pula jika ureung pok berhasil melempar atau membanting ureung tueng, maka ureung tueng dianggap kalah.

Di babak kedua, posisi pemain terbalik. Posisi tueng akan beralih ke pok, begitu pula sebaliknya. Hal ini berlanjut dalam batas waktu (babak) tertentu hingga muncul salah satu pihak sebagai pemenang.

Biasanya pertandingan geudeu-geudeu diawasi oleh beberapa wasit yang disebut dengan “ureung seumeugla” (wasit pemisah), biasanya beranggotakan empat atau lima orang. Para juri ini juga lincah dan kuat, mampu memisahkan para petarung.

Biasanya para ureung seumeugla adalah mantan pejuang geudeu-geudeu yang mempunyai pengalaman dan naluri dalam urusan geudeu-geudeu.

Wasit dapat menentukan apakah seorang petarung menyerang dengan profesional atau emosi. Adalah peran wasit untuk memutuskan kapan pertarungan harus dihentikan, karena ini adalah keseimbangan yang baik antara profesionalisme dan emosi para petarung.

Kisah Inspiratif Masjid Abu Beureueh: Simbol Persatuan dan Ketahanan

Kisah inspiratif Masjid Abu Beureueh, simbol persatuan dan ketahanan di desa Beureunuen. Temukan bagaimana sosok karismatik Abu Daud Beureueh menggalang komunitas untuk berkontribusi terhadap pembangunan masjid yang luar biasa ini.Pembangunan dan pendirian Yayasan Baitul A’la Lilmujahidin. Ini adalah kisah tekad, keyakinan, dan kekuatan komunitas. 

Di desa Beureueh,  Beureunuen, hiduplah seorang tokoh kharismatik dan dihormati bernama Abu Daod Beureueh. Pengaruhnya yang begitu besar membuat masyarakat bersatu padu menyumbangkan hartanya untuk pembangunan Masjid Baitul A’la Lilmujahidin.

Pada tanggal 9 Oktober 1979, Tgk Muhammad Daud Beureueh mendirikan Yayasan Baitul A’la Lilmujahidin sebagai badan hukum yang mengelola masjid dan pendidikan di dalam kompleks tersebut. Muhammad Nur El Ibrahimi diangkat sebagai ketua yayasan, sedangkan Tgk Muhammad Daud Beureueh menjadi Ketua Kehormatan. Saat ini, masjid tersebut dikenal dengan nama Masjid Abu Beureueh.

Masjid Baitul A’la Lilmujahidin merupakan salah satu karya luar biasa dari Tgk Muhammad Daud Beureueh di Beureunuen. Abu Mansor, sekretaris pribadi Abu Daud Beureueh, berbagi cerita tentang masjid yang terkenal dengan nama Masjid Abu Beureueh ini.

Pembangunan Masjid Baitul A’la Lilmujahidin diprakarsai oleh Abu Daud Beureueh pada tahun 1950. Namun akibat konflik Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di Aceh, pembangunannya tertunda selama sepuluh tahun. Pada masa ini, Abu Daud Beureueh memimpin pemberontakan melawan pemerintah pusat, karena ia yakin pemerintah Indonesia telah mengingkari janjinya kepada masyarakat Aceh.

Setelah pemberontakan mereda pada tahun 1963, pembangunan masjid kembali dilanjutkan dengan bantuan sumbangan masyarakat. Sosok Abu Daud Beureueh yang karismatik dan disegani menginspirasi masyarakat untuk berkontribusi semaksimal mungkin, meski hanya beberapa butir telur atau segenggam beras. Akhirnya masjid ini berdiri tegak dan diresmikan pada tahun 1972.

Makam Tgk. Daud Beureueh di dalam Komplek Mesjib  Baitul A’la Lilmujahidin


Abu Daud Beureueh-lah yang menganugerahkan nama Baitul A’la Lilmujahidin pada masjid tersebut. Namun namanya masih relatif belum diketahui karena masyarakat lebih suka menyebutnya Masjid Abu Beureueh. Bermodalkan sumbangan materi dari masyarakat berupa infaq dan sedekah (sedekah), Abu Beureueh berinisiatif mendirikan lembaga pendidikan (dayah) di dalam kompleks masjid.

Sayangnya, akibat meningkatnya konflik di Aceh dengan munculnya Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Abu Beureueh diculik” dan direlokasi ke Jakarta pada tahun 1979. Hal ini dilakukan karena khawatir GAM akan memanfaatkan pengaruh Abu Beureueh untuk kepentingan mereka sendiri. 

Setahun kemudian, beberapa tokoh Aceh mengunjungi Abu Beureueh yang dipenjara”di kediaman pemerintah di Jalan Wijaya Kusuma No. 6, Jakarta, untuk membicarakan berbagai hal, termasuk pengelolaan Masjid Baitul A’la Lilmujahidin.

Hadir dalam pertemuan tersebut antara lain Muhammad Nur El Ibrahimy, Drs Ma'mun Dawud, Tgk Hasballah Haji, Tgk H M Nur Syik, Tgk Adnan Saud, Tgk H A Wahab Yusuf, Tgk Said Ibrahim, Cekmat Rahmani, Zaini Bakri, Ishak Husein, dan Tgk H Yacob Ali.

Hasil pertemuan tersebut, pada tanggal 9 Oktober 1979, didirikanlah Yayasan Baitul A’la Lilmujahidin sebagai badan hukum yang mengelola masjid dan pendidikan di dalam kompleks tersebut. Muhammad Nur El Ibrahimi diangkat sebagai ketua yayasan, sedangkan Tgk Muhammad Daud Beureueh menjadi Ketua Kehormatan.

Kekayaan masjid kemudian diinventarisasi. Abu Beureueh menyatakan, seluruh harta benda bukan milik yayasan, melainkan milik Allah dan umat Islam, untuk dimanfaatkan demi kemaslahatan ummat yang berada di bawah pengelolaan yayasan.

Menjelajahi Kekayaan Sejarah Masjid Raya Baiturrahman di Aceh, Indonesia

Kekayaan sejarah Masjid Raya Baiturrahman di Aceh, Indonesia. Temukan bagaimana masjid megah ini menjadi simbol agama, budaya, dan ketahanan masyarakat Aceh. Dari selamat dari tsunami dahsyat pada tahun 2004 hingga perannya sebagai pusat kegiatan keagamaan dan benteng melawan penjajah kolonial, Masjid Raya Baiturrahman telah menjadi saksi peristiwa penting sepanjang sejarah. Pelajari tentang arsitektur uniknya, termasuk pengaruh Mughal dan pintu kayu yang rumit. Jangan lewatkan kesempatan ini untuk mendalami kisah menarik Masjid Raya Baiturrahman.

Masjid Raya Baiturrahman adalah sebuah landmark bersejarah di Aceh, Indonesia, yang melambangkan agama, budaya, dan ketahanan masyarakatnya. Masjid megah ini tidak hanya berfungsi sebagai pusat kegiatan keagamaan tetapi juga berdiri sebagai bukti kejayaan Kerajaan Aceh dan perlawanannya terhadap penjajah kolonial. Dibangun oleh Sultan Iskandar Muda, penguasa Aceh dari tahun 1607 hingga 1636, pada tahun 1612, Masjid Raya Baiturrahman telah menjadi saksi peristiwa penting sepanjang sejarah, termasuk selamat dari bencana tsunami dahsyat pada tahun 2004.

Menurut sumber sejarah, Masjid Raya Baiturrahman didirikan pada tahun 1612 pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Namun ada pula yang berpendapat bahwa masjid ini dibangun lebih awal, yaitu pada tahun 1292 oleh Sultan Alaidin Mahmudsyah. Terlepas dari tahun pasti pembangunannya, bangunan asli Masjid Raya Baiturrahman musnah dilalap api pada masa pemerintahan Sultan Nurul Alam (1675-1678). Sebagai gantinya, sebuah masjid baru didirikan di lokasi yang sama. Karena letaknya yang strategis, Belanda membakar sebagian Masjid Raya Baiturrahman pada 10 April 1873. Untuk menenangkan kemarahan masyarakat Aceh, Gubernur Jenderal Van Lansberge berjanji akan membangun kembali masjid agung tersebut.

Peletakan batu pertama pembangunan kembali masjid dilakukan pada tanggal 9 Oktober 1879 oleh Tengku Qadhi Malikul Adil. Pembangunan Masjid Raya Baiturrahman selesai pada tanggal 27 Desember 1881 dan diresmikan pada hari yang sama. Awalnya sebagian masyarakat Aceh menolak beribadah di masjid tersebut karena dibangun oleh Belanda. Namun Masjid Raya Baiturrahman kini menjadi kebanggaan Banda Aceh. Ketika Belanda menyelesaikan pembangunannya pada tahun 1881, masjid ini memiliki satu kubah dan satu menara. Kubah dan menara tambahan ditambahkan pada tahun 1935, 1958, dan 1982. Saat ini, Masjid Raya Baiturrahman memiliki tujuh kubah dan delapan menara. Setelah tsunami Aceh tahun 2004, masjid ini mengalami renovasi untuk memperbaiki kerusakan kecil yang dialaminya.

Sepanjang sejarahnya, Masjid Raya Baiturrahman telah melayani berbagai tujuan di luar kegiatan keagamaan. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, masjid ini digunakan sebagai pusat penyebaran agama Islam. Tidak hanya ulama lokal yang berkumpul di sini, tetapi juga ulama dari Melayu, Persia, Arab, dan Turki. Pada masa penjajahan, Masjid Raya Baiturrahman berfungsi sebagai tempat ibadah dan benteng pertahanan dari serangan musuh. Fungsi ini sangat penting pada masa pemerintahan Sultan Alaidin Mahmud Syah (1870-1874).

Masjid ini sering menjadi tempat pertemuan besar-besaran untuk membahas strategi mempertahankan diri dari serangan Belanda. Akibatnya, Masjid Raya Baiturrahman menjadi sasaran serangan Belanda dan akhirnya dibakar. Saat terjadi bencana tsunami tahun 2004, masjid ini menjadi tempat penampungan sementara bagi para pengungsi. Saat ini, Masjid Raya Baiturrahman memiliki beragam fungsi, antara lain untuk salat, acara keagamaan seperti perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, peringatan Tahun Baru Islam, dan sebagai tempat wisata religi di Aceh.

Desain baru Masjid Raya Baiturrahman diciptakan oleh seorang kapten tentara Belanda bernama Gerrit van Bruins. Ia berkonsultasi dengan Snouck Hurgronje dan pimpinan masjid di Bandung untuk menentukan arsitektur masjid. Ciri khas Masjid Raya Baiturrahman adalah gaya arsitektur Mughal yang ditandai dengan kubah dan menara megah yang mengingatkan kita pada Taj Mahal di India. Aspek unik lainnya dari masjid ini adalah tiga pintu kayu besar yang dihiasi ornamen rumit. Interior Masjid Raya Baiturrahman dihiasi dinding dan pilar relief, tangga marmer, lantai Cina, dan kaca patri dari Belgia.

Temukan Cita Rasa Unik Masakan Aceh bersama Asam Sunti

Keunikan rasa asam sunti, bumbu khas Aceh yang terbuat dari buah belimbing wuluh yang difermentasi. Pelajari proses pembuatan asam sunti dan manfaat kesehatannya. Bersiaplah untuk menggoda selera Anda dengan cita rasa masakan Aceh yang kaya dan kuat.

Kuliner Aceh kaya akan cita rasa rempah-rempah. Rempah-rempah seperti daun kari, adas, cengkeh, kapulaga, pala, kayu manis, dan lainnya sering digunakan untuk membuat masakan khas Aceh. Dan salah satu bahan utama masakan Aceh adalah asam sunti, bumbu khas yang menambah cita rasa tajam dan gurih pada masakan Aceh. Namun tahukah Anda bahwa asam sunti terbuat dari buah belimbing wuluh yang difermentasi sehingga memberikan rasa asam yang berbeda dari buah belimbing wuluh lainnya? Mari selami lebih dalam dunia asam sunti.


Asam sunti merupakan bumbu khas Aceh yang terbuat dari buah belimbing wuluh yang difermentasi dan dikeringkan dengan garam. Warnanya coklat dan teksturnya agak kenyal dan lembut. Rasanya tajam dan sedikit asin karena proses penggaraman. Berkat proses fermentasinya, asam sunti mempunyai umur simpan yang cukup lama, yakni sekitar satu tahun. Ini adalah bahan pokok di dapur Aceh, menambah rasa asam yang menyegarkan dan meningkatkan kelezatan hidangan. Asam sunti juga berperan sebagai pengental alami. Biasa digunakan dalam masakan seperti bumbu keumamah, kuah masam keueng, lincah boh sunti, pepes, kari, dan banyak lagi.



Proses pembuatan asam sunti meliputi beberapa tahap, antara lain perendaman, penggaraman, penjemuran berulang kali (proses fermentasi pertama), dan penuaan (proses fermentasi lanjutan). Perendaman atau penjemuran awal di bawah sinar matahari dapat dilakukan dengan dua cara. Cara yang pertama adalah dengan menjemur buah belimbing wuluh yang baru dipanen selama 1-2 hari hingga berubah warna menjadi coklat. Cara kedua adalah dengan merendam buah belimbing wuluh semalaman lalu dijemur. Setelah itu, proses penggaraman diawali dengan menambahkan garam pada buah belimbing wuluh yang sudah layu. Campuran tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik hitam, ditutup rapat, dan dibiarkan semalaman. Proses penggaraman ini merupakan proses fermentasi pada buah belimbing wuluh. Langkah selanjutnya adalah menjemur buah belimbing wuluh yang telah difermentasi tersebut. Proses ini diulangi sebanyak dua kali hingga asam sunti menjadi kering. Langkah terakhir asam sunti diberi garam kembali dan didiamkan selama satu bulan.

Selain sebagai penambah rasa, asam sunti juga mengandung senyawa yang bermanfaat bagi tubuh. Menurut penelitian yang dimuat dalam Jurnal Ibnu Sina, asam sunti mengandung flavonoid yang berperan sebagai antioksidan, melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas. Asam sunti juga mempunyai potensi sifat antibakteri yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Penelitian yang dilakukan Poltekkes Makassar menunjukkan bahwa asam sunti dapat membantu meringankan radang gusi. Buah belimbing wuluh sendiri kaya akan vitamin C yang juga berperan sebagai antioksidan dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Ini juga dapat membantu mengontrol gula darah dan tekanan darah.

Asam sunti adalah bahan populer dalam masakan Aceh, menambah rasa gurih dan tajam yang unik pada masakan. Pernahkah Anda mencoba masakan Aceh yang dibumbui asam sunti?

Misteri Gajah Putih: Kisah Kebudayaan Kuno dan Hadiah Kerajaan Aceh

Perjalanan mengungkap misteri gajah putih, simbol ikonik dalam budaya Siam dan Aceh. Temukan sejarah menarik di balik makhluk agung ini dan hubungannya dengan peradaban kuno. 

Tahukah Anda bahwa gajah putih mempunyai tempat khusus dalam warisan budaya Siam dan Aceh? Makhluk agung ini telah lama dipuja dan dikagumi karena kekuatan dan keindahannya. Tapi apa cerita di balik gajah putih dan hubungannya dengan peradaban kuno tersebut.

Mari kita mulai dengan Aceh, negeri yang terkenal dengan kekayaan sejarah dan budayanya yang dinamis. Salah satu pemimpinnya yang paling terkenal, Sultan Iskandar Muda, diyakini memiliki ikatan unik dengan gajah. Legenda mengatakan bahwa sejak kecil, dia berteman dengan raksasa lembut ini, yang kemudian menjadi bagian penting dari pasukannya yang tangguh.

Makam Sultan Iskandar Muda di Komplek Mesium Aceh

Meskipun gajah telah digunakan sebagai mesin perang sepanjang sejarah, Sultan Iskandar Muda-lah yang benar-benar menguasai seni menjinakkan makhluk luar biasa ini untuk berperang. Keahliannya dalam memimpin gajah dalam jumlah besar tak tertandingi di Asia Tenggara.

Sekarang mari kita bicara tentang gajah putih itu sendiri. Makhluk purba ini dapat ditemukan di berbagai belahan dunia, meski jumlahnya telah berkurang secara signifikan selama berabad-abad. Di Aceh dan Sumatera, gajah memiliki warna yang lebih gelap, sedangkan di Thailand dan sekitarnya terdapat gajah berwarna putih dengan warna khas mirip albino.

Bertentangan dengan kepercayaan umum, gajah putih sebenarnya tidak berwarna putih. Kulit mereka biasanya berwarna coklat kemerahan lembut yang berubah menjadi merah muda saat basah. Mereka memiliki bulu mata yang anggun dan gading yang anggun, menjadikan mereka makhluk yang benar-benar menawan.

Tapi dari mana asal gajah putih ini? Meskipun Thailand masih memiliki beberapa hewan menakjubkan ini, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa mereka berasal dari Aceh atau Sumatra. Lalu yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana Sultan Iskandar Muda bisa mendapatkan gajah putihnya?

Untuk memahami hal ini, kita perlu mendalami konteks sejarah dan budaya Aceh serta hubungannya dengan negara-negara Melayu di Asia Tenggara. Aceh mempunyai hubungan dekat dengan negara tetangga seperti Siam (Thailand), Burma, Arakan, Perak, Pahang, dan Patani. Hubungan ini memupuk pertukaran budaya, termasuk seni ukir.

Aceh diyakini mempunyai hubungan yang kuat dengan Siam pada abad ke-16. Ikatan erat ini berujung pada pertukaran kekayaan budaya, termasuk pemberian seekor gajah putih dari raja Siam kepada Sultan Iskandar Muda. Sikap persahabatan dan rasa hormat ini merupakan bukti penguasaan Sultan terhadap gajah dan statusnya sebagai penguasa besar.

Menariknya, meski gajah putih masih ada di Thailand, namun kini tidak ada lagi di Aceh. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengapa aktivis lingkungan hidup di Aceh belum menerima warisan Sultan Iskandar Muda dan menggunakannya sebagai simbol untuk melindungi makhluk luar biasa tersebut. Mungkin diperlukan pendekatan budaya untuk menjembatani kesenjangan antara upaya konservasi dan masyarakat lokal.

Kesimpulannya, misteri gajah putih milik Sultan Iskandar Muda masih belum terpecahkan. Meskipun tidak ada bukti konkrit yang membuktikan asal muasalnya, konteks sejarah dan budaya menunjukkan bahwa itu mungkin merupakan hadiah dari raja Siam. Terlepas dari asal usulnya yang sebenarnya, kisah gajah putih berfungsi sebagai pengingat akan kekayaan warisan budaya dan hubungan mendalam antara peradaban kuno.

Jadi, lain kali Anda melihat seekor gajah, ingatlah kisah gajah putih dan sejarah menakjubkan yang diwakilinya.

Menjelajahi Cita Rasa Aceh yang Eksotis: Mie Aceh yang Pelik

 Dalam petualangan kuliner ini sambil menjelajahi cita rasa eksotis Aceh melalui sentuhan unik Mie Aceh.


Masakan Aceh selalu memikat hati kita dengan citarasanya yang unik. Yang membedakan wilayah ini adalah kekhasannya dibandingkan wilayah tetangganya yang didominasi pengaruh Melayu dan Peranakan. Salah satu hidangan yang menonjol adalah mie goreng Aceh, perpaduan rasa nikmat yang sulit ditemukan di tempat lain.

Tak heran jika restoran Aceh tumbuh subur di kota-kota besar di Indonesia. Selain menunya yang beragam dan lezat, masakan Aceh paling enak dinikmati dalam suasana santai dan ramah. Restoran-restoran khas Aceh ini menyediakan suasana yang nyaman untuk berlama-lama bersantap. Dengan pengaturan tempat duduk yang rendah dan santai sehingga Anda dapat menikmati sejuknya angin malam, tersedia juga banyak hidangan yang dapat dibagikan kepada teman dan keluarga.

Ambil contoh, roti canai dan kari. Hidangan yang dipengaruhi Asia Selatan ini mendapatkan popularitas luar biasa belakangan ini. Dipasangkan dengan secangkir teh atau kopi, berjam-jam bisa berlalu tanpa disadari. Namun saat lapar melanda, ada satu hidangan yang wajib dicoba. Ya, tebakan Anda benar – Mie Aceh.

Variasi paling eksotis dari hidangan ini adalah jika dipadukan dengan kepiting. Benar-benar nikmat, dan Anda akan mendapati diri Anda mengejar setiap potongan daging. Namun kali ini Chef kami ingin membagikan versi yang lebih sederhana dengan menggunakan tenderloin yang empuk dan juicy. Persiapannya relatif mudah, namun Anda perlu mengumpulkan berbagai bahan dasar. Sedikit mencincang, mengiris, dan mengasinkan, selebihnya tinggal membumbui dan memasak Mie Aceh  hingga matang sempurna.

Petualangan Ekstrim di Sungai Geumpang: Destinasi Arung Jeram Terbaik di Indonesia

Dalam petualangan ekstrem menjelajahi Sungai Geumpang -Mane , destinasi arung jeram terbaik di Indonesia! Persiapkan diri Anda untuk menikmati arus sungai yang deras dan jeram yang menakjubkan di Mane, Pidie. Temukan keindahan alam yang menakjubkan di kawasan Geumpang dan singgahlah di tempat-tempat Instagramable di sepanjang perjalanan. Dan jika Anda pecinta durian, Anda pasti akan mendapat hadiahnya! Jangan lewatkan pengalaman yang memacu adrenalin ini. Berlangganan sekarang untuk petualangan yang lebih mendebarkan!


Khusus untuk para pencari petualangan! Hari ini, kami memiliki tujuan menarik untuk dibagikan kepada Anda. Bersiaplah untuk merasakan sensasi arung jeram di Sungai Geumpang - Mane di Kabupaten Pidie, Aceh, Indonesia. Permata tersembunyi ini terkenal dengan keindahan alamnya yang ekstrim dan arus sungai yang berarus deras. Bukan hanya penduduk lokal yang memujinya, bahkan wisatawan internasional pun menganggap Sungai Geumpang - Mane sebagai tempat arung jeram terbaik

Jika Anda menyukai petualangan air yang memacu adrenalin, Anda bisa mengunjungi Wahana Lestari Adventure di dusun Panteh Luah, Desa Mane, Kecamtan Mane . Di antara berbagai lokasi arung jeram di Mane, Wahana Lestari menawarkan tingkat keseruan paling tinggi. Dengan jeram mulai dari kelas 3+ hingga kelas 4, Anda berada dalam perjalanan yang liar?  Persiapkan diri Anda untuk menghadapi jeram yang mencengangkan di sepanjang rute, berkat arus Sungai Geumpang - Mane yang kuat dan hamparan sungai yang luas. Oh, dan apakah kami sudah menyebutkan lika-liku yang tak terhitung jumlahnya yang akan membuat Anda tetap tenang?


Sekarang, mari kita bicara tentang rute terbaik untuk mencapai Sungai Geumpang - Mane. Ada dua pilihan: satu melalui Tangse dan satu lagi dari Aceh Barat. Percayalah pada kami, rute Tangse adalah pilihan terbaik Anda. Kondisi jalan yang jauh lebih baik dibandingkan melalui Aceh Barat, memastikan perjalanan petualangan Anda lebih lancar.

Sebelum kita menyelami pengalaman arung jeram, mari kita lihat sekilas kawasan Geumpang. Kawasan perbukitan ini dipenuhi tanaman hijau subur dan suasana alam yang menyegarkan, Sebaiknya gunakan kendaraan roda dua untuk memudahkan navigasi di sepanjang jalan. Mobil mungkin menghadapi beberapa kesulitan di jalur sempit tertentu. Untuk mencapai Geumpang, ambil jalur dari Kota Sigli menuju Beureunuen. Sesampainya di Masjid Abu Daud Beureueh, Anda akan menemukan sebuah persimpangan. Belok kanan menuju Tangse dan Geumpang. Jarak dari persimpangan ini ke tujuan Anda lebih dari 80 km.


Selama perjalanan Anda, pastikan untuk singgah di beberapa spot alam menakjubkan yang sempurna untuk foto Instagram. Dari sungai sebening kristal hingga perbukitan indah, Anda akan dimanjakan dengan banyak pilihan. Saat mendekati Tangse, Anda akan menjumpai sungai yang menjadi jalur arung jeram. Persiapkan diri Anda untuk menyaksikan arus yang kuat dan pemandangan batu-batu besar di sepanjang Sungai Tangse. Kawasan sekitarnya dihiasi pepohonan rimbun dan persawahan bertingkat, menciptakan pemandangan yang menakjubkan.

Tapi tunggu, masih ada lagi! Pecinta durian, ini untukmu. Jika Anda mengunjungi Sungai Geumpang - Mane saat musim durian, Anda pasti akan mendapat suguhan. Di sepanjang perjalanan, Anda bahkan bisa membeli durian segar untuk dinikmati selama petualangan.


Setelah melewati Tangse, Anda akan memasuki Kecamatan Mane, tempat Sungai Geumpang - Mane berada. Komunitas lokal akan memandu Anda ke lokasi arung jeram dan memberi Anda pemandu sungai yang terampil untuk memastikan keselamatan dan kesenangan Anda.


Jadi tunggu apa lagi? Kemasi tas Anda, ajak teman-teman Anda, dan bersiaplah untuk pengalaman arung jeram yang tak terlupakan di Sungai Geumpang - Mane. Nantikan petualangan seru lainnya. Sampai jumpa lagi, tetaplah bertualang!

Menjelajahi Air Terjun Peucari yang Mempesona di Aceh Besar, Indonesia

Perjalanan mempesona ke Air Terjun Peucari di Aceh Besar, Indonesia. Temukan keindahan menakjubkan dari permata tersembunyi yang terletak di tengah tanaman hijau subur dan rasakan sensasi trekking melalui hutan lebat. Bersiaplah untuk terpesona oleh air terjun tujuh tingkat dan benamkan diri Anda dalam airnya yang menyegarkan. Jangan lewatkan petualangan tak terlupakan ini.


Suara gemericik air menggema melalui celah sela bebatuan, dikelilingi tanaman hijau subur dan udara segar. Di tengah suasana tenang ini terdapat Air Terjun Peucari yang mempesona, menawarkan sejuta keajaiban alam yang eksotis. Terletak di Kabupaten Aceh Besar, tepatnya di Desa Bueng, Kota Jantho, destinasi ini wajib dikunjungi bagi para pecinta alam. Namun, untuk mencapai permata tersembunyi ini harus melintasi hutan lebat, jadi disarankan untuk menyewa pemandu agar tidak tersesat.

Untuk mencapai keajaiban alam ini, transportasi umum bukanlah suatu pilihan. Pengunjung harus menempuh jalan sempit sepanjang kurang lebih 60 kilometer dengan waktu tempuh sekitar dua hingga tiga jam.


Sepanjang perjalanan, pengunjung akan menemui medan yang menantang. Mereka harus melintasi beberapa sungai yang ketinggian airnya mencapai kurang lebih 30 sentimeter, serta melewati jalan berbatu. Jalurnya curam, jadi disarankan untuk mengenakan pakaian yang nyaman dan sepatu hiking, serta memastikan kondisi fisik yang baik. Namun sesampainya di lokasi, semua rasa lelah itu akan terbayar, karena Anda akan disambut dengan panorama alam yang sungguh memukau.


Air terjun tujuh tingkat ini tidak hanya cocok bagi pecinta alam dan pejalan kaki tetapi juga menarik para pecinta sepeda motor trail. Apalagi banyak pengunjung yang mengabadikan momen berkesan di berbagai spot menarik di sekitar air terjun. Bahkan ada yang menyempatkan diri untuk mandi, berendam, dan bermain air segar sambil mendengarkan kicauan burung yang merdu. Rasa lelah menjelajah hutan hilang begitu saja saat menikmati keindahan Air Terjun Peucari. 

Pemandangan hijau subur dan rona kehijauan air terjun yang sejuk menjadikannya pemandangan yang sungguh indah dan menyegarkan. Untuk mencapai air terjun tersebut harus menyeberangi sungai dan mendaki lereng yang sangat curam. Dari segi keunikan dan tantangannya, untuk mencapai tempat wisata ini cukup sulit saat cuaca lembab dengan vegetasi lebat dan lereng terjal.Fasilitas di tempat wisata ini terbatas karena lokasinya yang berada di pegunungan, terdapat hutan, tebing, dan sungai yang harus dilintasi, serta tidak ada jangkauan jaringan sama sekali.


Untuk makanan dan minuman tidak tersedia di sana, kecuali di luar kawasan Air Terjun Peucari sehingga pengunjung perlu membawa bekal sendiri. Selain itu, jumlah pengunjung ke kawasan ini tidak banyak, karena hanya segelintir orang saja yang bisa datang dan memerlukan usaha yang besar. Saran dan harapan semoga ekosistem yang ada di lokasi ini tetap terjaga dan terjaga dengan baik, maka mari kita semua bersinergi menjaga lingkungan kita.